Woensdag 20 Maart 2019

Identifikasi Potensi Agrowisata di Kawasan Desa Mattone Pagatan Kalsel - Geografi Pariwisata


Geografi Pariwisata


Identifikasi Potensi Agrowisata di Kawasan Desa Mattone Pagatan Kec. Kusan Hilir, Kab. Tanah Bumbu,
Kalimantan Selatan



Logo Unlam


                                                      








Oleh :
Said Ahmad Zulfi Fathullah (A1A513049)


Dosen Pengajar:
 Dr. Ellyn Normelani, S. Pd., M. Pd.
Selamat Riadi, M. Pd.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016

KATA PENGANTAR


           Puji syukur kehadirat yang maha kuasa atas limpahan rahmat, taufik, dan inayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam memajukan pendidikan dalam profesi guru.

            Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan pengalaman pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk dan isi makalah ini kedepannya dapat lebih baik.

            Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

             Akhir kata, kami sampaikan kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

                                                      
                                                                 Banjarmasin, 29 Mei  2016

                                                                


                                                                                                 Penyusun












DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................... .....1
KATA PENGANTAR....................................................................................... .....2
DAFTAR ISI...................................................................................................... .....3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. .....4
A.    Latar Belakang Masalah ..............................................................................4
B.     Rumusan Masalah........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................      .....7
1. Daerah...........................................................................................................8
2. Pengembangan Kawasan Wisata................................................................11
3. Keunggulan.................................................................................................14
4. Teori Pendukung.........................................................................................16
BAB III PENUTUP........................................................................................... ...23
1.      Kesimpulan................................................................................................23
2.      Saran24
DAFTAR REFERENSI..................................................................................... ...25














BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR  BELAKANG
            Indonesia merupakan salah satu pusat keaneka-ragaman hayati terpenting di dunia dengan tingkat endemisme tertinggi. Dengan 25.000 spesies tumbuhan berbunga, Indonesia memiliki 10% dari seluruh spesies tumbuhan berbunga dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia, dan 16% spesies burung. Sementara itu di perairan, kurang lebih 25% spesies ikan dunia ada di Indonesia. Semua kekayaan alam dan hayati tersebut merupakan aset yang tak ternilai. Kekayaan daratan dan perairan baik perairan darat maupun perairan laut ini sudah selayaknya dilestarikan. Pelestarian alam dan sumber daya hayati ini secara berkelanjutan dalam jangka panjang sangat penting, karena kelestarian hidup di masa depan bergantung pada kelestarian alam dan lingkungan.
Upaya-upaya Pemerintah dalam pelestarian dan pengembangan sumber daya alam ini tentu harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah Daerah yang di era otonomi daerah memiliki peranan yang lebih besar dalam upaya-upaya pelestarian kekayaan hayati ini harus lebih banyak lagi melibatkan partisipasi masyarakat daerahnya. Hal ini karena perencanaan pembangunan daerah perlu dilakukan secara terintegrasi pada semua sektor, sehingga diperoleh manfaat yang lebih besar dari berbagai potensi ekonomi daerah. Selain itu, perencanaan yang terintegrasi juga akan mengurangi dampak-dampak yang tidak diharapkan baik pada saat ini maupun yang akan datang.
Sementara itu, pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting dan strategis di masa depan. Identifikasi dan perencanaan pengembangan industri pariwisata perlu dilakukan secara lebih rinci dan matang. Pengembangan industri pariwisata ini diharapkan juga mampu menunjang upaya-upaya pelestarian alam, kekayaan hayati dan kekayaan budaya bangsa. Pengembangan agrowisata merupakan salah satu alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi daerah maupun upaya-upaya pelestarian tersebut.
Pemanfaatan potensi sumber daya alam sering kali tidak dilakukan secara optimal dan cenderung eksploitatif. Kecenderungan ini perlu segera dibenahi salah satunya melalui pengembangan industri pariwisata dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati berbasis pada pengembangan kawasan secara terpadu. Potensi wisata alam, baik alami maupun buatan, belum dikembangkan secara baik dan menjadi andalan. Banyak potensi alam yang belum tergarap secara optimal.
Pengembangan kawasan wisata alam dan agro mampu memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah, membuka peluang usaha dan kesempatan kerja serta sekaligus berfungsi menjaga dan melestarikan kekayaaan alam dan hayati. Apalagi kebutuhan pasar wisata agro dan alam cukup besar dan menunjukkan peningkatan di seluruh dunia. Sekitar 52% aset wisata Indonesia sebenarnya berupa sumber daya alam. Australia memiliki 55% aset wisata yang juga merupakan jenis wisata alam. Tercatat lebih dari 29 juta penduduk Amerika melakukan sejumlah 310 juta perjalanan yang dimotivasi oleh wisata alam.
Sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah, pengembangan industri agrowisata seharusnya memegang peranan penting di masa depan. Pengembangan industri ini akan berdampak sangat luas dan signifikan dalam pengembangan ekonomi dan upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Melalui perencanaan dan pengembangan yang tepat, agrowisata dapat menjadi salah satu sektor penting dalam ekonomi daerah.
Pengembangan industri pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas dan inovasi, kerjasama dan koordinasi serta promosi dan pemasaran  yang baik. Pengembangan agrowisata berbasis kawasan berarti juga adanya keterlibatan unsur-unsur wilayah dan masyarakat secara intensif.



B.     RUMUSAN MASALAH

Adapun Rumusan Masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui apa itu dasar Agrowisata?
2.      Dimana letak desa Mattone?
3.      Bagaimana identifikasi potensi wisata di desa Mattone?
4.      Apa keunggulan agrowisata setempat dengan agrowisata yang lain?

























BAB II
PEMBAHASAN


            Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005:11).
            Pengembangan agrowisata atau desa wisata akan membangun komunikasi yang intensif antara petani dengan wisatawan. Harapannya petani bisa lebih kreatif mengelolausaha taninya sehinggamampu menghasilkan produk yang menyentuh hati wisatawan. Bila hasil pertanian (buah, sayur, bunga, daging, ikan) bisa diserap oleh hotel dan restoran dengan harga yang memadai tentu akan sangat membantu peningkatan pendapatan petani.
            Yoeti (2000:143) dalam bukunya “Ekowisata, Pariwisata Berwawasan Lingkungan Hidup” mengatakan bahwa agrowisata merupakan salah satu alternatif potensial untuk dikembangkan di desa. Kemudian batasan mengenai agrowisata dinyatakan bahwa agrowisata adalah suatu jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan sebagai daya tarik bagi wisatawan.
            R.S. Damardjati (1995:5) dalam bukunya “Istilah-istilah Dunia Pariwisata” mengatakan bahwa yang dimaksud dengan agrowisata adalah wisata pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga berbagai aspek yang terkait dengan jenis tumbuhan yang dibudidayakan itu telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya. Aspek-aspek itu antara lain jenis tanaman yang khas, cara budidaya dan pengelolaan produknya, penggunaan teknik dan teknologi, aspek kesejarahannya, lingkungan alam dan juga sosial budaya disekelilingnya.


  1. Daerah
                        Citra Satelit Kota Pagatan

            Kota Pagatan  (toponim: Pagattan/Pegattan) adalah kelurahan sekaligus ibukota Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.
            Desa Mattone yang juga dikenal dengan nama Kampung Baru berada di Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya sekitar 243 Kilometer dari ibukota Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Desa yang tingginya sekitar 2,2 mdl dari permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa ini memiliki potensi yang menarik dari segi bentangan wilayah karena terdiri dari pesisir, rawa, dataran tinggi, dan bantaran sungai.
Salah satu keunikan Desa Mattone dapat dilihat dari keberagaman suku dan etnik penduduknya yang terdapat dalam sistem dan interaksi sosial. Meski dalam keberagaman, Desa Mattone yang dihuni oleh 590 Kepala Keluarga (KK), terdiri dari 2.036 jiwa, dan 6 suku/etnis ini, hidup dalam suasana kekeluargaan yang erat. Mereka memilih untuk hidup bertani, beternak, menjadi nelayan, dan berdagang.
Batas selatan desa Mattone yang berbatsan dengan laut Jawa.
·         Batas Wilayah
ü  Utara               :Penyolongan, Kecamatan Kusan Hilir
ü  Selatan             : Laut Jawa
ü  Timur               : Tanete & Muara Pagatan
ü  Barat                : Kota Pagatan & Pulau Satu






Citra Satelit desa Mattone

·         Luas Wilayah              : 290,0 ha/m2
Terdiri dari:
ü  Tanah sawah 2,5 ha/m2
ü  Tanah kering 72,0 ha/m2
ü  Tanah basah 17,5 ha/m2
ü  Tanah perkebunan 187,5 ha/m2
ü  Tanah fasilitas umum 25,0 ha/m2
ü  Tanah hutan 10,0 ha/m2
·         Bentangan Wilayah
ü  Desa/Kelurahan dataran rendah: 170 ha/m2
ü  Desa/Kelurahan dataran tinggi: 105 ha/m2
ü  Desa/Kelurahan pesisir: 3 ha/m2
ü  Desa/Kelurahan kawasan rawa: 15 ha/m2
ü  Desa/Kelurahan aliran sungai: 5 ha/m2
ü  Desa/Kelurahan bantaran sungai: 2 ha/m2
Jalan raya di Desa Mattone
·         Orbitasi
ü  Jarak ke Kecamatan Kusan Hilir:        3 Kilometer (15 menit dengan kendaraan bermotor)
ü  Jarak ke Ibukota Kabupaten/Kota: 17 Kilometer (45 menit dengan kendaraan bermotor)
ü  Jarak ke Ibukota Provinsi: 243 Kilometer (6 jam dengan kendaraan bermotor)

  1. Pengembangan Kawasan Wisata

Pengembangan kawasan agrowisata ini menuntut pengelolaan ruang (tata ruang) yang lebih menyeluruh baik yang meliputi pengaturan, evaluasi, penertiban maupun peninjauan kembali pemanfaatan ruang sebagai kawasan agrowisata, baik dari sisi ekologi, ekonomi maupun sosial budaya. Penataan kawasan agrowisata ini sangat mungkin beririsan dengan pemanfaatan kawasan lain seperti kawasan pemukiman atau kawasan industri. Prioritas perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan jangka panjang. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan pendekatan kawasan yang bukan hanya meliputi sisi ekologi, tetapi juga sosial budaya dan ekonomi. Sehingga dalam jangka panjang, bukan hanya pelestarian daya dukung lingkungan saja yang tercapai, tetapi juga pertumbuhan ekonomi yang stabil serta budaya yang lestari.
Pengembangan agrowisata sebagai salah satu sektor pembangunan secara umum menjadi sangat relevan, sesuai dengan potensi daerah masing-masing.
Pengembangan agrowisata berbasis kawasan akan mampu mendorong berbagai sektor lain baik ekonomi, sosial maupun budaya. Dan perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus dilihat dalam bingkai hubungan faktor pemintaaan (demand) dan faktor penawaran (supply factor). Demand Factor adalah profil dan situasi pasar wisata baik internasional maupun domestik, kecenderungan pasar dan sebagainya. Sedangkan supply factor merupakan produk dan layanan wisata yang dikembangkan baik berupa kegiatan, fasilitas maupun aset wisata.
Pengembangan kawasan agrowisata harus dilakukan secara terintegrasi dengan sektor-sektor terkait seperti pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan, perhotelan, biro perjalanan, industri, kesenian dan kebudayaan dan sebagainya dalam bingkai kewilayahan dan keterpaduan pengelolaan kawasan. Agrowisata dapat merupakan pengembangan dari sektor lain yang diharapkan mampu menunjang pengembangan ekonomi secara berkelanjutan, misalnya pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan agropolitan, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan perkebunan, pengembangan kawasan agrowisata pada tanaman pangan dan hortikultura, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan peternakan, pengembangan kawasan agrowisata pada kawasan perikanan darat dan lain sebagainya.
Terdapat 235 keluarga yang memiliki tanah perkebunan masing-masing kurang dari 5 ha. Luas dan hasil perkebunan yang paling unggul di Desa Mattone adalah kelapa, yakni dengan total luas perkebunan sekitar 188 ha, dan karet 3,5 ha. Sementara untuk peternakan, Desa Mattone dapat menghasilkan sekitar 900 kg telur per tahun dan 120.000 kg daging per tahun. Dalam bidang perikanan, tepatnya budidaya ikan air tawar, terdapat kolam seluas 5 ha/m2 yang menghasilkan 12 ton ikan per tahun. Sementara jenis ikan lainnya yang diproduksi adalah ikan patin dan nila, masing-masing menghasilkan 7,5 ton/tahun dan 3,5 ton/tahun.









Berdasarkan dari hasil observasi yang diperoleh dan berdasarkan teori-teori megenai kawasan wisata, di desa mattone terdapat beberapa wisata yang dapat dikembangkan, seperti :
  1. Pariwisata Bisnis (Bussines tourism) Adalah jenis pariwisata dengan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang bertujuan untuk dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaannya. Contoh : kongres, simposium, seminar dan sebagainya.
  2. Wisata Pendidikan
Mempelajari proses hidupnya tumbuhan berupa sayuran yang ditanam di desa Mattone.
  1. Pariwisata Perdagangan (Commercial tourism)
Adalah perjalanan yang dikaitkan dengan kegiatan perdagangan seperti penyelenggaraan expo, exhibition dan sebagainya. Di perkebunan terdapat jual beli (perdagangan) antara pengunjung langsung dengan petani.
  1. Pariwisata Darat (Land tourism)
Adalah jenis pariwisata yang di dalam melak- sanakan kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api, mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.
  1. Wisata Air
Pariwisata laut dan Sungai (Sea or river tourism) Adalah kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana transportasi air seperti kapal laut, fery dan sebagainya. Apabila kita berada di ibukota kabupaten tanah bumbu Batulicin kita bisa memilih transportasi spead boat langsung ke desa mattone melalui jalur laut.


  • Keunggulan

Pada tahun 2012 Desa Mattone memiliki ikon baru di bidang pertanian, yakni Pasir Hijau, nama yang diberikan langsung oleh istri Gubernur Kalimantan Selatan. Dinamai Pasir Hijau karena keunikannya, tanaman dan sayur-sayuran yang dapat tumbuh subur di atas pasir pesisir Pantai Pagatan. Konsep ini digagas secara swadaya sejak tahun 2007 oleh salah satu pegiat tani, Trisnu, yang kini sekaligus menjabat sebagai Ketua Gapoktan.
Pasir Hijau sebagai salah satu ikon dari Desa Mattone Pasir Hijau sebagai salah satu ikon dari Desa Mattone

Berdasarkan hasil penelitian Trisnu yang lulusan kejuruan Biologi cukup mengalami kesulitan dalam menyebarkan konsep ini di kalangan masyarakat Desa Mattone karena merasa tidak percaya bahwa pasir dengan teksturnya yang kasar dapat ditanami tanaman terlebih sayur-sayuran. Namun, dengan kegigihan dan niat untuk meningkatkan taraf ekonomi serta kemandirian masyarakat sekitarnya, Trisnu tetap bersikeras mensosialisasikan konsep tersebut dengan cara mencontohkannya di hadapan penduduk sekitar.
Yang sulit itu mengubah pola pikir, hampir semua tidak percaya bahwa pasir bisa ditanami sayuran. Setelah lihat hasilnya barulah yang lain mau mengikuti.
Berdasarkan hasil observasi, fakta menarik yang  ditemui dan kini sangat membantu usahanya tersebut adalah paduan kotoran ayam dan pasir merupakan media yang sangat cocok. Hingga saat ini Trisnu tetap menggunakan kotoran ayam sebagai pupuk utama untuk menumbuhkan bibit-bibit sayurannya tersebut. Di tanah seluas 3 hektar yang merupakan pinjaman tersebut, beberapa warga lainnya menanami sawi, kangkung, bayam, terung, dan cabai.
Keunggulan dari Pasir Hijau adalah sayuran berdaun lebar, setiap harinya Trisnu dan petani sayuran lainnya dapat menjual sayuran sekitar 50 ikat untuk masing-masing jenis sayuran. Hasil panen harian tersebut mereka jual ke pasar lokal, misalnya Pasar Pagatan, dengan harga mulai dari Rp 1.500,00 hingga Rp 2.500,00 setiap ikatnya.
Sejauh ini kendala terbesar dari pengelolaan Pasir Hijau adalah air. Bukan karena persediaan air, namun karena sifat pasir yang berpori-pori besar, sehingga tidak dapat bertahan lama dalam menampung air. Oleh karenanya, petani lainnya harus bekerja ekstra giat dalam melakukan penyiraman, yaitu sekitar 4 kali sehari.
Ke depannya, melalui Pasir Hijau ini, Trisnu ingin mengembangkan budi daya bawang. Menurutnya, bawang lebih menjanjikan bila dibandingkan dengan harga sayuran yang fluktuatif.

  • Teori Pendukung
                                                                                    
Komponen Pariwisata Komponen pariwisata menurut Endar Sugianto dan Sri Sulastiningrum dalam bukunya Pengantar Akomodasi dan Restoran, meliputi :
1. Objek dan daya tarik wisata Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya atau tata hidup dan sebagainya yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi atau yang menjadi sasaran bagi wisatawan.
2. Sarana dan fasilitas yang meliputi :
a.Akomodasi, Akomodasi adalah tempat bagi seseorang untuk tinggal sementara. Akomodasi ini bisa berupa hotel, losmen, guest house, pondok, cottage, inn, perkemahan dan sebagainya.
b.Restoran, Restoran adalah industri jasa yang bergerak di bidang penyediaan makan dan minum, yang dikelola secara komersil, baik secara mandiri ataupun terkait dengan usaha lain.
c.Biro perjalanan, Biro perjalanan adalah suatu badan usaha dimana operasionalnya meliputi pelayanan semua proses perjalanan dari seseorang sejak berangkat hingga kembali.
d.Transportasi atau Jasa angkutan, Transportasi adalah bidang usaha jasa angkutan. yang dapat dilakukan melalui darat, laut dan udara.
e.Tempat penukaran uang (Money Changer), Suatu tempat/usaha yang bergerak dalam bidang penukaran mata uang asing.
f. Atraksi Wisata, Atraksi wisata adalah suatu kegiatan yang dapat menghibur seseorang ketika menyaksikan kegiatan tersebut. Atraksi wisata ini berupa pertunjukan tari-tarian, musik dan upacara adat yang sesuai dengan kebudayaan setempat. Pertunjukan ini dapat secara tradisional maupun modern.
g.Cinderamata, Cinderamata adalah oleh-oleh atau kenang- kenangan yang dapat dibawa oleh para wisatawan pada saat kembali ke tempat asalnya. Cinderamata harus memberikan suatu keindahan seni dan sifatnya khas untuk setiap daerah.
h.Prasarana Pariwisata, Prasarana pariwisata adalah suatu prasarana yang diperlukan dalam suatu objek wisata,  Listrik, Jalan raya. diantaranya adalah:   Air minum, Pelabuhan udara/laut, Telekomunikasi.

Tipologi Pariwisata
1. Berdasarkan jarak ditempuh
a.Wisata Mancanegara (asing, internasional) Yaitu wisata yang melibatkan perjalanan ke daerah yang bukan negara asal wisatawan.
b.Wisata Domestik Yaitu wisata yang melibatkan hanya dalam batas-batas negaranya sendiri.
2.Berdasarkan secara ekonomis
a.Wisata Pasif Yaitu wisata mancanegara atau kedatangan wisatawan dari luar negeri itu akan menghasilkan pemasukan devisa atau PAD (Pendapatan Asli daerah) untuk negara maupun daerah tempat wisata yang dikunjungi.
b.Wisata Aktif Yaitu perjalanan warga negara ke luar negeri. Kalau orang berbicara tentang pariwisata pada umumnya atau dalam rangka pembangunan pariwisata, yang dimaksud adalah wisata reseptif.
3. Berdasarkan lamanya orang mengadakan perjalanan
a.Wisata Kecil Yaitu wisata jangka pendek, yang memerlukan waktu satu hari tanpa menginap disebut ekskursi.
b.Wisata Besar Yaitu wisata yang memerlukan waktu lebih dari satu hari.
4. Berdasarkan organisasi perjalanannya
a.Wisata Individual Yaitu Aktivitas pengaturan wisatanya dilakukan sendiri tanpa diserahkan pada perusahaan perjalanan.
b.Wisata terorganisasi Yaitu aktivitas wisata kelompok wisatawan yang pengaturan aktivitas wisatanya dilakukan oleh perusahaan perjalanan.
5. Berdasarkan letak geografis
a.Pariwisata lokal (local tourism) Adalah pariwisata setempat dengan ruang lingkup yang terbatas pada tempat-tempat tertentu saja. Contoh : kepariwisataan di Bandung, Denpasar, Padang dan sebagainya.
b. Pariwisata regional (regional tourism) Pariwisata yang meliputi beberapa pariwisata lokal di suatu wilayah. Contoh : Bali, Sumatra Barat, Jawa Barat dan sebagainya.
c.Pariwisata nasional (national tourism) Adalah lingkup pariwisata yang berkembang dalam satu negara.
d.Pariwisata regional internasional (regional international tourism) Adalah pariwisata yang berkembang di suatu wilayah yang merupakan gabungan dari beberapa negara yang berdekatan. Contoh : ASEAN.
e.Pariwisata internasional (international tourism) Adalah pariwisata yang berkembang meliputi seluruh negara di dunia.
6. Berdasarkan tujuan perjalanan
a.Pariwisata Bisnis (Bussines tourism) Adalah jenis pariwisata dengan orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang bertujuan untuk dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaannya. Contoh : kongres, simposium, seminar dan sebagainya.
b.Pariwisata liburan (Vacational tourism) Adalah pariwisata dengan tujuan untuk berlibur atau memanfaatkan waktu libur.
c.Pariwisata Pendidikan (Educational tourism) Adalah pariwisata dengan tujuan untuk belajar.
7.Berdasarkan waktu berkunjung
a.Pariwisata berdasarkan musim (Seasonal tourism) Adalah pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-musim tertentu, misalnya : summer tourism dan winter tourism.
b.Pariwisata berdasarkan event (Occasional tourism) Adalah pariwisata yang diselenggarakan terkait dengan event tertentu, seperti upacara galungan dan kuningan di Bali, upacara sekaten di Yogyakarta dan Surakarta.
8.Berdasarkan objek
a.Pariwisata Budaya (Cultural tourism) Adalah jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik seni dan budaya disuatu daerah atau tempat, seperti peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.
b.Pariwisata Penyembuhan (Recuperational tourism) Adalah jenis pariwisata yang disebabkan adanya suatu fasiltas untuk penyembuhan penyakit.
c.Pariwisata Perdagangan (Commercial tourism)
Adalah perjalanan yang dikaitkan dengan kegiatan perdagangan seperti penyelenggaraan expo, exhibition dan sebagainya.
d.Pariwisata Politik (Political tourism) Adalah suatu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat atau menyaksikan peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
e.Pariwisata Olahraga (Sport tourism) Adalah jenis kegiatan pariwisata dengan tujuan untuk menyaksikan suatu pesta olah raga yang di selenggarakan di suatu tempat.
f. Pariwisata Sosial (Social tourism) Adalah pariwisata yang berdiri sendiri. Pe- ngertian ini adalah bahwa kegiatan pariwisata yang di selenggarakan tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.
g.Pariwisata Agama (Religion tourism) Adalah jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti kunjungan ke Lourdes bagi orang beragama katolik, atau ke Muntilan pusat pengembangan agama kristen di Jawa Tengah, juga pergi Umroh bagi orang Islam atau juga upacara agama Hindu Bali di Sakenan, Bali.
9. Berdasarkan jumlah orang yang melakukan perjalanan
a.Pariwisata Perseorangan (Individual tourism) Adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekeluarga yang menyeleng- garakan perjalanan bersama.
b.Pariwisata Kelompok (Group tourism) Adalah jenis pariwisata yang dilakukan oleh sekelompok orang yang bergabung dalam satu rombongan (group) dengan tujuan yang sa ma.
10. Berdasarkan akses yang digunakan
a.Pariwisata Darat (Land tourism) Adalah jenis pariwisata yang di dalam melak- sanakan kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api, mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.
b.Pariwisata laut dan Sungai (Sea or river tou- rism) Adalah kegiatan pariwisata yang menggu- nakan sarana transportasi air seperti kapal laut, fery dan sebagainya.
c.Pariwisata Udara (Air tourism) Adalah kegiatan pariwisata yang mengguna- kan sarana transportasi udara seperti pesawat terbang, helikopter dan sebagainya.
11. Berdasarkan usia yang melakukan perjalanan
a.Wisata remaja (Youth tourism) Adalah jenis kegiatan pariwisata yang dikem- bangkan bagi para remaja dan pada umumnya dengan harga yang relatif murah dan menggu- nakan sarana akomodasi youth hostel.
b.Wisata Dewasa (Adult tourism) Adalah kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang berusia lanjut. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan ini adalah mereka yang menjalani masa pensiun.
12. Berdasarkan harga dan tingkat sosial
a.Pariwisata Mewah (Deluxe tourism) Adalah perjalanan wisata yang menggunakan fasilitas standar lux, baik alat pengangkutan, hotel maupun atraksi yang hendak disaksikannya.
b.Pariwisata Menengah (Middle class tourism) Adalah perjalanan wisata yang diperuntukan bagi mereka yang menginginkan fasilitas dengan harga dan fasilitas tidak terlalu mahal, tetapi juga tidak terlalu jelek pelayanannya.
c.Pariwisata Murah (Social tourism) Yaitu sejenis pariwisata yang penyeleng- garaannya dilakukan secara bersama dengan biaya yang diperhitungkan semurah mungkin dengan fasilitas yang cukup memadai selama dalam perjalanan.
Agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi atau pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:
·         Agrowisata Ruang Terbuka Alami
Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan dengan budaya dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan keamanan dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
·         Agrowisata Ruang Terbuka Buatan
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.




























BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan

            Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah Bahasa Inggris, agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan dan perikanan (Sudiasa, 2005:11).
            Pengembangan agrowisata atau desa wisata akan membangun komunikasi yang intensif antara petani dengan wisatawan. Harapannya petani bisa lebih kreatif mengelolausaha taninya sehinggamampu menghasilkan produk yang menyentuh hati wisatawan. Bila hasil pertanian (buah, sayur, bunga, daging, ikan) bisa diserap oleh hotel dan restoran dengan harga yang memadai tentu akan sangat membantu peningkatan pendapatan petani.
            Desa Mattone yang juga dikenal dengan nama Kampung Baru berada di Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan, tepatnya sekitar 243 Kilometer dari ibukota Kalimantan Selatan, Banjarmasin. Desa yang tingginya sekitar 2,2 mdl dari permukaan laut dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa ini memiliki potensi yang menarik dari segi bentangan wilayah karena terdiri dari pesisir, rawa, dataran tinggi, dan bantaran sungai.
            Pasir Hijau merupakan nama yang diberikan langsung oleh istri Gubernur Kalimantan Selatan. Dinamai Pasir Hijau karena keunikannya, tanaman dan sayur-sayuran yang dapat tumbuh subur di atas pasir pesisir Pantai Pagatan.
Keunggulan dari Pasir Hijau adalah sayuran berdaun lebar, setiap harinya Trisnu dan petani sayuran lainnya dapat menjual sayuran sekitar 50 ikat untuk masing-masing jenis sayuran. Hasil panen harian tersebut mereka jual ke pasar lokal, misalnya Pasar Pagatan, dengan harga mulai dari Rp 1.500,00 hingga Rp 2.500,00 setiap ikatnya.

  1. Saran

            Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan kawasan agrowisata ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi  komoditas utama pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan agrowisata secara berkelanjutan.
            Menurut saya masih daerah perkebunan tersebut diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan & pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik.
           
           
                                   




















DAFTAR REFERENSI



Gunardi, G. 2010. Identifikasi Potensi Kawasan Wisata Kali Pasir, Kota
Tangerang Jurnal PLANESATM Vo. 28 1, No. 1, Mei 2010. Jurusan Teknik Planologi – Universitas Esa Unggul, Jakarta. (Online), (http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-4508-planesa_Gugun_Gunardi.pdf diakses tanggal 3 Mei 2016).